Mediasindo.com – Kota Bandung kembali menempati posisi sebagai salah satu kota paling macet di Indonesia, menurut laporan TomTom Traffic Index 2025.
TomTom Traffic pada tahun ini memilih dan memberi peringkat kepada 500 kota di 62 negara dan 6 benua. Indeks ini dibuat berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan.
“Dengan melibatkan 500 kota di 62 negara di 6 benua, TomTom Traffic Index mengevaluasi kota-kota di seluruh dunia berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan, menyediakan akses gratis ke informasi berkualitas tinggi dan bermanfaat,” tulis TomTom dalam situsnya.
Dalam TomTom Traffic Index 2025, Bandung berada di posisi ke-12 kota termacet di dunia.
Titik kemacetan terparah terjadi di banyak persimpangan, khususnya saat jam sibuk pagi dan siang hari.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan melirik penerapan teknologi otomatisasi traffic light atau lampu lalu lintas (lalin) sebagai salah satu upaya mengurai kemacetan. Langkah ini menurutnya juga bagian dari transformasi Bandung menuju smart city atau kota cerdas.
Farhan menyampaikan, sistem area traffic control system (ATCS) yang dimiliki Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung sebenarnya sudah dilengkapi teknologi memadai untuk menerapkan sistem otomatisasi lampu lalin tersebut.
Tapi, sistem otomatisasi lampu lalin ini belum bisa berjalan secara optimal di titik-titik traffic light di Kota Bandung lantaran belum terintegrasi dengan big data yang berisi data real time pergerakan kendaraan dan masyarakat.
“Alatnya itu sebenarnya sudah siap untuk pengaturan otomatis. Tapi belum ada datanya. Kalau kita bisa masukkan data pergerakan orang secara real time, sistemnya bisa langsung mengatur sendiri durasi lampu merah dan hijau,” terangnya
Dengan dukungan big data tersebut, ia berharap sistem lalin di Kota Bandung bisa menyesuaikan diri secara otomatis dengan kondisi jalan sehingga kepadatan antrean kendaraan bisa lebih cepat terurai.
“Bandung ini dari dulu sudah punya alat-alat canggih. Tapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Sekarang kita dorong pemanfaatannya secara serius, tanpa perlu pengadaan alat baru. Yang penting, kita isi dengan data dan kelola dengan sistem yang cerdas,” tegasnya.
Ia menambahkan, akan menggelar evaluasi dan kajian lebih lanjut dalam waktu dekat. Termasuk bersama Dishub, untuk memfinalisasi skema kerja sama dengan pihak penyedia data dan mengintegrasikannya dengan ATCS yang sudah ada.
“Rencana ini merupakan bagian dari visi besar Pemkot Bandung untuk menjadi kota cerdas yang berbasis data. Sebab banyak perangkat teknologi yang sebenarnya sudah tersedia di Bandung sejak lama, namun belum digunakan secara maksimal,” UjarFarhan.
Editor : Budak Angon