Mediasindo.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, menegaskan tetap melarang kegiatan study tour karena dinilai lebih mirip piknik dan keluar dari esensi pendidikan. Sikap tersebut dipertahankan Dedi meski ada demonstrasi dari pelaku pariwisata.
Sebelumnya, demo larangan study tour dilakukan sejumlah pekerja sektor pariwisata, mulai dari sopir bus hingga pelaku UMKM. Mereka mendesak Dedi Mulyadi untuk mencabut poin ketiga dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Jabar Nomor 45/PK.03.03/KESRA yang memuat larangan kegiatan study tour. Larangan itu dinilai mereka melumpuhkan sektor pariwisata.

Namun, Aksi tersebut tidak menggoyahkan Gubernur Jawa Barat untuk mencabut larangan Study Tour.
“Demonstrasi kemarin menunjukkan semakin jelas bahwa kegiatan study tour itu sebenarnya kegiatan piknik, kegiatan rekreasi. Bisa dibuktikan yang berdemonstrasi adalah para pelaku jasa kepariwisataan,” kata Dedi dikutip dari akun Instagram @dedimulyadi71 Selasa, 22 Juli 2025.
Dedi menjelaskan massa yang menyampaikan pendapat juga mendapat dukungan dari asosiasi pelaku wisata di Yogyakarta, termasuk penyedia Jeep wisata Gunung Merapi.
Menurut Dedi kebijakan larangan study tour diambil untuk melindungi orang tua siswa dari pengeluaran yang tidak perlu dan memastikan pendidikan tetap fokus pada pengembangan karakter dan kemampuan belajar siswa.
“Insyaallah Gubernur Jawa Barat akan tetap berkomitmen menjaga ketenangan orang tua siswa, agar tidak terlalu banyak pengeluaran biaya di luar kebutuhan pendidikan,” jelasnya.
Diwaktu lain, Pemerintah Kota Bandung malah mengizinkan kegiatan karya wisata atau study tour yang diselenggarakan sekolah, termasuk perjalanan ke luar provinsi. Namun, itu diperbolehkan dengan catatan selama kegiatan tersebut tidak memengaruhi penilaian akademik siswa.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengungkapkan selama kegiatan tersebut tidak dikaitkan dengan penilaian akademik siswa, maka tidak ada alasan untuk melarangnya.
Menurut Farhan, study tour merupakan bagian dari pembelajaran nonformal yang bisa memperluas wawasan siswa, selama dilaksanakan dengan perencanaan matang dan dalam pengawasan pihak sekolah.
“Selama study tour tidak memengaruhi nilai akademik siswa, ya silakan saja. Tidak ada masalah,” katanya di Bandung, Senin (21/7) seperti dikutip dari Antara.
“Kegiatan seperti ini bisa menjadi sarana pembelajaran yang bermakna, asal tidak disalahgunakan dan tetap dikendalikan,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa Pemkot Bandung memilih untuk bersikap inklusif dan fleksibel dalam menyikapi kebijakan provinsi, selama kegiatan tersebut tidak merugikan siswa secara akademik maupun psikologis.
“Kalau dari Gubernur ada edaran larangan, itu sah-sah saja. Tapi Bandung tidak akan ikut melarang. Kota ini terbuka, masuk boleh, keluar pun boleh,” ucap Farhan.